WKRI sebagai organisasi perempuan yang mempunyai visi untuk mewujudkan kesejahteraan dan menegakkan harkat dan martabat manusia menjadi mitra yang tepat untuk memperjuangkan nasib perempuan lainnya. Mereka yang bekerja di rumah-rumah tangga, para pekerja yang sebagian besar merupakan perempuan melakukan kegiatan produktifnya justru dari balik pintu dan dalam rumah tangga orang lain. Bagi banyak orang, para pekerja itu dikenal dengan istilah “pembantu”, tetapi dalam perkembangan dan perjuangan melindungi mereka, para aktivis mulai memperkenalkan istilah “pekerja rumah tangga” sebagai bentuk penghormatan akan kontribusi dan jasa para PRT.
Persoalan kekerasan dan ketimpangan relasi kerja yang dialami hampir lebih dari 4 juta PRT di Indonesia mendorong gerakan untuk perlindungan pekerja rumah tangga. Sebenarnya upaya untuk mengangkat harkat dan martabat para pekerja rumah tangga ini sudah dimulai dengan 19 tahun yang lalu. Berbagai kasus yang terjadi sudah menjadi penanda perlunya relasi kerja yang masih timpang ini diperbaiki. Berangkat dari kepedulian dan ingin membuka pemahaman secara lebih luas, terutama kepada kalangan pemberi kerja, Mitra ImaDei membagikan informasi mengenai kerja layak PRT kepada para pengurus WKRI Cabang St. Mikael Kranji pada Minggu, 5 Maret 2023.
Diskusi dua arah mewarnai pertemuan di ruang Rafael, bersama 20 orang pengurus WKRI, perwakilan Mitra ImaDei, Ibu Satdewi Rina dan Tri Warmiyati menyampaikan upaya perlindungan yang telah dilakukan selama ini. Sebuah gagasan untuk mendukung pengesahan RUU Perlindungan Pekerja Rumah Tangga juga disampaikan. Ini merupakan bagian dari perwujudan melindungi pekerja yang selama ini dianggap masuk dalam sektor informal dan luput dari pengawasan ketenagakerjaan. Sifat dan hubungan kekeluargaan yang kental menjadi tantangan tetapi juga sekaligus menjadi pintu masuk untuk pemulihan kondisi kerja bagi pekerja rumah tangga.
Beberapa kondisi kerja yang diharapkan dapat diterapkan mendukung pemenuhan hak pekerja rumah tangga, seperti kejelasan upah, rincian pekerjaan yang menjadi tanggung jawab PRT serta hak untuk libur dan mendapatkan THR merupakan sebagian hak PRT yang terus diperjuangkan.
Sharing dari para ibu yang mempekerjakan PRT juga tak kalah menariknya. Ada kisah suka dan duka mewarnai interaksi pemberi kerja dan PRT. Seorang ibu menyampaikan bahwa tak jarang PRT memberi harapan palsu terutama saat momen hari raya, atau adanya perilaku PRT yang sering meminjam uang dan tak kunjung mengembalikan menjadi cerita seputar interaksi selama ini.
Pengalaman yang baik dari para pemberi kerja yang ikut mendidik dan memberdayakan kemampuan PRT juga tak kalah serunya. Ada keterampilan memasak, menjahit dan dukungan pengembangan diri yang diberikan para pemberi kerja kepada PRT sebagai upaya meningkatkan pendapatan dan kemampuannya. Ada harapan bahwa PRT tak selamanya harus bekerja bersama mereka, itu juga sebuah perjuangan memerdekakan PRT, lebih maju dan berdaya.
Diskusi yang bisa dikatakan singkat ini memang tak cukup untuk langsung dilihat hasilnya. Masih perlu rangkaian diskusi dan program aksi langsung yang berdampak untuk perlindungan pekerja rumah tangga. Usulan-usulan kegiatan yang menyasar langsung kepada pekerja rumah tangga bisa digerakkan oleh WKRI St. Mikael Kranji untuk perwujudan aksi masa prapaskah.
Semoga diskusi siang itu mencerahkan dan membuka insight bagi para pengurus WKRI, mendorong perubahan sikap dan dapat menjadi bagian nyata meningkatkan harkat dan martabat para pekerja rumah tangga.
Melindungi Pekerja Rumah Tangga, Melindungi Kita.
Selamat beraksi nyata dalam masa prapaskah.
Kontributor: Beti MC